Biji Lerak
Pernah mencari ide program kerja untuk KKN 2 tahun lalu sekitar Agustus 2019, menyesalnya adalah kenapa saya tidak sepeka itu buat ngeh kalau limbah deterjen sudah benar-benar mencemari lingkungan. Pas itu mikirnya, ya masa iya di desa aja yang disuruh ganti pake sabun cuci baju alami sedangkan di kota tetap gitu-gitu aja kan gak adil. Emangnya ada ya sabun cuci alami masa iyasih gosok baju pake serabut kelapa hah. Gak masuk banget pokok e kebodohan kala itu.
Memang perlu tersesat dulu sebelum menemukan jalan yang semoga tepat. Sadar dan mengikhtiarkan untuk mengurangi intensitas penggunaan bahan kimia berbahaya dan mengurangi sampah ya baru-baru ini aja, fren. Itu pun bukan dengan niat buat bener-bener menjadikan zero waste sebagai lifestyle loh. Karena, yang berusaha dikejar sebenarnya tuh gaya hidup minimalism. Awalnya cuma decluttering baju, berlanjut iseng menanam, sok-sok an detox sosmed dan-gagal, sok-sok mengolah limbah organik dijadikan kompos, jajan es teh bawa botol minum sendiri, memutuskan buat beralih ke pembalut kain atau menspad dan yang baru-baru ini ya adalah mengganti penggunaan deterjen dengan biji lerak.
Sebagai manusia yang seumur hidup merasakan damainya tinggal di perdesaan ya pas kkn 45 hari itu, jujur saja saya baru tau kalau di dunia ini ada ciptaan Tuhan namanya biji lerak yang berfungsi buat bersih-bersih itu ya gara-gara liat instastory-nya Denahaura, jadi ceritanya Dena ini lagi cuci clodi (pampers kain) buat persiapan bakal bayinya. Dia mengenalkan konsep lerak yang lebih ramah lingkungan dan ga ada bahaya kayak senyawa kimia yang ada di sabun deterjen gitulo. Akhirnya saya baru ngeh beberapa akun dakwah bergenre hidup minimalis dan zero waste yang saya ikuti di second account mengangkat tentang anjuran penggunaan lerak ini! Kesalnya adalah, pas saya sesumbar memamerkan betapa saya-sudah-sangat-mencintai-lingkungan-loh ke Cucun, dia sudah tau cara penggunaan biji lerak, karena katanya dia dulu juga pakai biji lerak buat cuci baju tapi sekarang sudah enggak lagi karena emang tanaman leraknya juga sudah nggak ada di desanya. Kesel bangat, ya kesel sama kesesumbaran saya tapi gak juga sih biasa aja.
Jadilah habis galau mengenai ikhtiar hidup minimalisma bentuk apalagi yang perlu diterapkan kemudian terbit acara checkout biji lerak sekilo yang tanpa biji alias dikirim cuma daging leraknya dan siap diolah tanpa perlu konsumen susah mikirin mau dibuang kemana limbah bijinya hehe, dikirim langsung dari Situbondo. Harganya 25k, tidak lupa memanfaatkan voucher free ongkir shopee. Penggunaannya bisa buat macem-macem tau. Cuci baju, dijadikan shampoo, cuci piring, buat obat mengepel, obat gatal, antibakteri, buat mengatasi jerawat, sayang gak bisa bikin masnya mencintaiqu, fren. :’)
Kemudian baru tau ketika sedang menunggu rendaman beberapa biji lerak yang akan dipakai buat mencuci baju ini, ngide banget bikin pestisida buat anak-anak tanamanqu yang lucu.
Browsing kemudian sat set metik daun sirih yang kebetulan memang ada di halaman depan asrama. Daunnya dipotong kecil-kecil masukkan dalam rebusan 150 ml air sampai mendidih. Habis itu dicampur antara air rebusan daun sirih dengan air rendaman biji lerak yang sudah didiamkan semalaman. Kasihan leraknya saya kenakan silent treatment, hiks maaf candanya garing. Dicampur dalam botol tambah sejumput garam terus dikocok sampai sekiranya tercampur, pindahkan ke secukupnya botol spray, jadilah semprot semprot gemas kepada anak-anak tanamanqu yang kena hama kutu putih. Merasa sedih.
Sok-sok banget gak sih sekali pakai lerak aja dah bikin kongten tulisan gini, tapi gapapa ikhtiar mendokumentasikan perkembangan perjalananqu eang semuga istiqomah di jalan dakwah minimalisma ini fufufu. Kesan pertama pakai lerak buat cuci baju adalah sangat well alias keren bangat baunya tidak terlalu mengganggu alias kayaknya emang gak berbau juga sih. Cara yang saya pakai buat cuci baju adalah biji lerak dengan takaran 8-10 biji yang sudah direndam ini dibuntel dalam kaos kaki yang sudah ngga terpakai, kalau kalian ada tas kantong pouch lucu gitu ya oke juga dipakai intine dibuntel lah ben gak berceceran kayak reply twitmu di akun menfess. Terus dimasukkan ke mesin cuci, kebetulan saya sekarang dah merasa jadi princess disney cuci baju dengan memanfaatkan fasilitas mesin cuci yang ada di asrama setelah 6 tahun lalu di asrama kemudian 4 tahun di kosan jadi budak cucian sendiri mana ngucek manual pakai tangan tapi pas tabungan kebetulan banyakan ya tetap laundry ke bu kos lah buos, ha kene cah hedonista je. Tapi tapi kalau cuci pakai tangan juga bisa buntelan biji leraknya digosokkan langsung ke pakaian yang dicuci gitu jadi kayak pengganti sikat.
Tapi lagi fren, kalau kalian ada rencana mau beralih ke lerak ini sering-seringlah riset dulu cari beneran ga kalian sanggup nerapinnya, atau mau nyoba pake biji lerak dari aku juga boleh tapi limaribu dulu canda limaribu. Dari riset yang kebetulan terbaca, pake lerak emang gak terlalu banyak busanya, tapi emang pas pakai dengan takaran 8-10 biji lerak gak terlalu membusa sih, minggu depan kita coba lagi dipencet-pencet leraknya siapa tau keluar busanya agak banyakan yak.
Gitulah review sesumbar pamer tentang upaya zero waste ini, intinya ga perlu terlalu berkecil hati kalau dibilang alah sok-sok zero waste kerana emang lagi hype aja sekarang. Dibilang ikut-ikutan apalah kata mulut jahat itu. Intinya perubahan besar dimulai dari kesadaran dan hal-hal kecil yang bisa kita lakukan ya fren. Kalau gak diupayakan dari sekarang, ya kapan lagi, dan siapa lagi.. lov u sobat lifelong learner-qu~